Minggu, 29 Mei 2011

RANTAI KEBAIKAN

MENABUR kebaikan merupakan hal yang patut dilakukan kepada sebanyak mungkin pihak, agar sementara waktu berjalan, kebaikan itu terus “mengalir” dan kita dapat turut mewarnai dunia sekitar kita dengan kebaikan dan kasih.
Kita tidak tahu apa yang bakal terjadi, kita tidak boleh menunda berbuat kebaikan - kebaikan tanpa pilih-pilih.
Kita menabur kebaikan bukan supaya mengharapkan pahala. Kebaikan kita adalah batu nisan kita yang paling baik, kata Spurgeon. Lagi pula, seperti kata bijak yang mengatakan, “What this world needs is a new kind of army - the army of the kind” – Apa yang dibutuhkan dunia adalah suatu jenis pasukan - pasukan kebaikan.

Namun, juga tidak disangkal dan menjadi pengalaman nyata kita, ada kalanya kebaikan itu bisa “kembali” kepada kita yang sudah memulainya. Bisa segera terjadi, atau lama sesudah kita menabur kebaikan tersebut. Seperti kisah dibawah ini – yang pasti bukan sekedar kebetulan.


SUDAH cukup lama seorang nenek melambai tangan di pinggir jalan, di sebuah malam yang hujan. Akhirnya, seorang pria mau berhenti. Si nenek meminta tolong agar pria tadi memperbaiki mobilnya yang mogok. Sejam berlalu dan mobil itu siap dipakai lagi. Merasa sangat berterima kasih, si nenek hendak memberi sejumlah uang. Akan tetapi, pria itu menolak. Katanya, “Jika Ibu ingin berterima kasih, berikanlah kebaikan kepada orang lain yang Ibu temui sambil mengingat pertemuan kita ini.” Lalu, mereka berpisah.
Suatu hari, karena tergerak oleh belas kasih si nenek memberi uang kepada seorang pelayan restoran yang sedang hamil beserta catatan kecil, “Aku telah menerima kebaikan pada suatu malam yang hujan.” Dan, ……….. perempuan hamil itu adalah istri pria tadi.

----------
How beautiful a day can be When kindness touches it! When kindness touches it! (Betapa indah jadinya hari bila kebaikan menyentuhnya! Ketika kebaikan menyentuhnya!) - George Alliston

Tidak ada komentar:

Posting Komentar