Senin, 08 Juli 2013

THE SECRET

Ini tentang "the secret" ....
"Kusadari bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan, akan tetapi setiap orang enggan memikirkan tetang hal itu. Yang tadinya sebenernya memliki kelebihan tapi dia tidak bisa memanfaatkannya, karena apa, Karena dia tidak mau berfikir. Saya yakin setiap insan jika mau berfikir tentang apa yang ingin di kehendaki insyaallah dengan izin yang mahakuasa semua bisa tercapai . Amin.. . Jadi bagi siapapun itu tidak memandang entah itu siapa, percaya diri jika kita bisa seperti apa yang kita pikirkan "

Ketika orang mempunyai keinginan , pikirkan , rasakan, dan lakukan. Sudah itu saja. ya mungkin dalam realitanya susah tetapi, saya punya keyakinan memang itu jalannya. Mungkin ini kelihatannya konyol tetapi ini sudah terbukti dari jaman terdahulu, dan oleh para guru besar yang sudah success. Dan kita juga jangan mau kalah, jangan takut untuk bermimpi, jangan takut untuk memiliki harapan Besar. Semua bisa teratasi selama kita masih berusaha. Dan jangan lupa , selalu mengembangkan pola pikir anda semua. dan selalu belajar dan belajar. 

Suatu ketika, saya melihat pegawai saya (waktu itu saya ini masih menjadi Kepala sekolah di sebuah SMK), dia seorang anak muda yang menjadi pesuruh (tenaga pembantu di sekolah) sedang  melakukan pekerjaan  dengan giat, membersihkan toilet sekolah.

Dia melakukan pekerjaannya sambil menyanyi dan kelihatannya semangat. Saya saat melihatnya riang jadi ikut senang dan setelah saya selesai melampiaskan hajat saya yang tertahan cukup lama di depan laptop di dalam ruang kerja saya, akhirnya saya berdialog juga sama si periang ini. Intinya saya menanyakan berapa sering ia membersihkan tempat ini. Yang saya suka, dia melayani pertanyaan saya dengan santun dan riang. Dia bilang bahwa jadwal pasti membersihkan toilet bagian ini adalah setiap hari, namun kalau kelihatan kotor sekali, maka bisa sehari dua kali.

"Maklum pak Sigit, anak-anak sekolah, pun tidak satu atau dua yang menggunakan tempat ini, pak Sigit." Begitu katanya dengan senyum yang saya hafal betul. Luar biasanya, dia  menyebut nama saya. Saya merasa bangga dengan dirinya dan saya merasa gembira dia mampu menyentuh perasaaaan saya yang  terdalam dengan menyebut nama saya. Sedang dia hanyalah seorang pesuruh.

Yang bikin saya salut adalah tidak adanya rasa penyesalan atau menggerutu dengan pekerjaan yang mungkin dianggap kotor oleh banyak orang ini. Pas saya kembali ke ruang kerja saya, saya bincangkan kejadian yang saya lihat ini dengan rekan-rekan kantor, kemudian saya mendengar cerita yang lain, cerita ini dari seorang rekan guru, katanya, "Ironis, ada seorang eksekutif muda yang kehidupan finansialnya “jauh lebih baik” dari pesuruh di sekolah ini. Gajinya saja 20 kali lipat darinya, namun tiap hari terus mengeluh; pekerjaan yang berat, sering lembur sampek abis Magrib, gak ada promosi, tidak ada kenaikan gaji yang signifikan, boss yang tidak bersahabat dan serentean keluhan lainnya … pokoknya semua hal yang ada di kantor gak ada yang sempurna!"
Hemm....

Sang eksekutif muda selalu melihat pekerjaan sebagai kewajiban yang memberatkan dan tidak  IKHLAS. Ternyata, beda antara keduanya sangat tipis: Sang pesuruh menganggap pekerjaannya sebagai amanah yang ia terima secara ikhlas .

Sekarang secara pribadi saya bertanya kepada Anda...
Dalam melakukan pekerjaan, Anda memiliki kecenderungan menjadi siapa, seorang pesuruh pembersih toilet atau seorang exsekutif muda?
Anda yang tahu jawabannya, dan jawaban itu untuk Anda...!
Anda seorang trader, Anda melakukan pekerjaan... apakah Anda memiliki keikhlasan atau malah memiliki keserakahan?
Kemudian, saya memanggil WAKA Kesiswaan dan saya minta tolong untuk memanggilkan siswa yang terpintar dan terbodoh di   sekolah.
Hemmm...
Ketika mereka berdua datang saya suruh masuk ruangan saya dan mereka duduk manis di hadapan saya.
"Kamu, saya mendengar dari rekan guru bahwa kamu semester ini nilainya semakin bagus. Apa rahasianya?" tanya saya kepada siswa yang pintar ini.
"Saya setiap hari meningkatkan belajar, setelah pulang sekolah dan istirahat sebentar, saya mempelajari kembali yang hari itu diajarkan, Pak. Kalau malam, saya belajar untuk pelajaran hari  esoknya." jawabnya lugas.
"Kamu, saya mendengar dari rekan guru, nilaimu jeblok di semester ini, mengapa bisa terjadi?" tanya saya kepada siswa satunya.
"Saya tidak serius belajarnya, Pak. Rasanya malas kalau mau belajar."
"Kedua?" tanya saya lagi.
"Lingkungan saya mempengaruhi Pak."
"Maksudnya?" tanya saya  tak mengerti.
"Saya sering ikut teman-teman main, soalnya ketika harus belajar mereka datang dan ngajak main, Pak..."
"Kalau mereka gak datang menghampiri kamu?" tanya saya padanya.
"Ya, saya yang keluar pak, ngajak mereka main..."
"Kalau ada tes ulangan pelajaran bagaimana?"
"Kadang nyontek, Pak!"
"Kalau gak ada kesempatan menyontek?"
"Ya, dikerjakan sebisanya, Pak."
"Apakah sebisanya itu menjadikan jawaban benar?"
"Sering salah, Pak. Ya, daripada gak diisi, Pak."
"Lha kamu pingin jadi apa nanti kalau besar?"
"Pingin jadi guru, Pak!"
Haadeeew...!!! Rusak! Rusak! Rusak!
Hemm..."Ya sudah! masuk kembali ke kelas!"

Sekarang Anda tahu, kalau diposisikan Anda sebagai kedua siswa itu, Anda menjadi trader seperti keadaan siswa yang mana? Seorang trader yang pertama, adalah trader yang cerdas. Trader yang senantiasa mengakui kelemahan diri  masih ada kekurangan sehingga mau belajar dan belajar. Metode belajarnya pun luar biasa... siang mereview, malam menyiapkan untuk hari esoknya.
Seorang trader yang kedua, adalah trader yang tidak jelas kemauannya. Kalau kemauannya saja tidak jelas, semua menjadi serba tidak jelas. Tidak jelas cita-citanya, tidak jelas yang dilakukannya, dan tidak jelas hasilnya.

Trader yang kedua ini malas belajar, tidak serius terhadap pekerjaannya, maunya profit, menunggu sinyal orang lain. Kalau sinyal open posisi tidak ada, ya asal transaksi. Tapi inginnya sukses; bisa beli mobil dan rumah mewah dari trading... Beeeuuuuh...!
Pantas untuk Anda renungkan!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar